Tips Penerbit[1] bertahan saat kertas dan harga BBM Naik
Oleh : Jaharuddin
Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Pusat Setia Dharma Madjid mengatakan, kenaikan kertas antara 15 persen sampai 20 persen, tentu berpengaruh pada harga buku yang diperkirakan akan naik 20 persen. Itu dengan catatan bahan baku lain tidak naik. Sebelum ada kenaikan harga kertas, kertas agak sulit dicari di pasar. Jika kondisi ini berlangsung lama, produksi buku bisa tersendat.
Kenaikan harga buku akan berpengaruh terhadap penurunan omset, katanya. Tentang kenaikan harga kertas ini, diakui Dharma, IKAPI tak bisa berbuat apa-apa. Ini juga akibat kenaikan harga komponen produksi kertas, seperti kenaikan harga BBM dan atau energi listrik [2].
Kondisi ini akan diperparah lagi, dengan rencana pemerintah menaikkan harga BBM, seperti premium, rencananya akan dinaikkan dari Rp. 4.500 menjadi Rp. 6.000, paling lambat akhir Mei 2008 ini, terlepas ketidak setujuan kita terhadap pemerintah, yang sedang berkuasa dan memang sudah ”tidak peduli’ dengan masyarakat yang miskin semakin miskin, kelas menengah bisa menjadi miskin, dan seterusnya.
Daya Beli Konsumen Melemah
Hal yang paling awal yang akan dialami para konsumen buku adalah harga belinya melemah, kenapa demikian karena saat yang sama harga kertas naik, yang berimplikasi pada para penerbit buku akan menaikkan harga bukunya, masyarakat juga dihadapkan pada kenaikan harga BBM yang akan berimplikasi naiknya harga secara umum, dalam kondisi ini maka yang terjadi adalah semakin lebarnya jurang pemisah antara daya beli masyarakat (apalagi terhadap buku) dengan harga buku yang ditawarkan penerbit.
Dalam hukum permintaan dan penawaran dikatakan harga keseimbangan terjadi jika ada titik temu antara harga yang ditawarkan produsen dengan harga yang di inginkan konsumen, dengan kondisi seperti ini akankah buku tetap akan dibeli oleh konsumen?
Yang perlu dilakukan Penerbit
Dengan kondisi seperti ini, maka penerbit sebagai produsen buku harus lebih kreatif dalam melihat pola ini, hal yang mungkin dilakukan adalah:
1. harga tetap dinaikkan dengan kisaran yang mungkin diterima oleh konsumen
2. Lakukan komunikasi yang intensif kepada para distributor dan toko buku, dengan target distributor dan toko buku akan faham kenapa penrbit menaikkan harga
3. Lakukan evaluasi, dan buat kategori buku yang telah diterbitkan, seperti.
a. Buku-buku best seller
Buku best seller adalah buku yang menjadi andalan dalam penjualan buku, untuk produk-produk ini yang bisa dilakukan adalah, selalu menyediakan stock buku ini, kemudian jika harganya saat ini sudah dikategorikan mahal, di atas Rp. 70.000,- per eksemplar, maka lakukan deversifikasi, seperti menjadikan buku best seller tersebut menjadi 2 jilid, atau mencetak dengan kertas yang lebih murah, atau jika awalnya Hard cover, jadikan soft cover, atau kalau perlu di edit ulang sehingga halamannya bisa lebih sedikit, yang pada akhirnya akan menyebabkan harga jualnya masih dalam kisaran angka Rp. 25.000 – Rp. 70.000,-
b. Buku-buku Biasa saja
Untuk buku dengan kategori biasa, yaitu buku yang masih laku/terjual di pasar tapi tidak menjadi best seller, maka di cetak beberapa kali saja untuk melengkapi stock di gudang.
c. Buku-Buku Slow Moving
Untuk buku slow moving , maka adakan kerjasama bazar buku murah dan discount pada angka yang menarik bagi konsumen. pola harga Rp. 5.000/bk, atau 10.000/bk dan 15.000/bk juga menarik untuk dilakukan.
4. Tetap menerbitkan buku baru
Kalau saya menyarankan walaupun kondisi pasar buku sedang sulit, namun para penerbit tetap menerbitkan buku baru, namun sekali lagi seleksilah dengan sungguh-sungguh buku yang akan diterbitkan, agar tidak menambah PR di belakang hari
5. Lakukan Deversifikasi produk.
Seperti yang saya uraikan pada point 3, maka dari awal fikirkan diversifikasi produk, seperti jumlah halamannya jangan terlalu tebal, ukuran bukunya, cover yang eye tracking, isi yang menyejukkan dan menambah semangat, jangan menerbitkan buku yang mahal dan isinya ”berat” dan bertele-tele.
6. Evaluasi jalur distribusi yang tidak efektif
Untuk mengurangi biaya maka, jalur distribusi yang costnya terlalu besar perlu diamputasi, termasuk didalamnya adalah toko-toko yang penjualannya tidak siqnifican, bisa jadi juga harus ditutup.
Semoga bermanfaat.
[1] Yang saya maksud penerbit disini adalah penerbit buku umum dan buku agama, tidak termasuk penerbit buku pelajaran dan proyek
[2] www.kompas.com, kamis, 3 april 2008
Oleh : Jaharuddin
Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Pusat Setia Dharma Madjid mengatakan, kenaikan kertas antara 15 persen sampai 20 persen, tentu berpengaruh pada harga buku yang diperkirakan akan naik 20 persen. Itu dengan catatan bahan baku lain tidak naik. Sebelum ada kenaikan harga kertas, kertas agak sulit dicari di pasar. Jika kondisi ini berlangsung lama, produksi buku bisa tersendat.
Kenaikan harga buku akan berpengaruh terhadap penurunan omset, katanya. Tentang kenaikan harga kertas ini, diakui Dharma, IKAPI tak bisa berbuat apa-apa. Ini juga akibat kenaikan harga komponen produksi kertas, seperti kenaikan harga BBM dan atau energi listrik [2].
Kondisi ini akan diperparah lagi, dengan rencana pemerintah menaikkan harga BBM, seperti premium, rencananya akan dinaikkan dari Rp. 4.500 menjadi Rp. 6.000, paling lambat akhir Mei 2008 ini, terlepas ketidak setujuan kita terhadap pemerintah, yang sedang berkuasa dan memang sudah ”tidak peduli’ dengan masyarakat yang miskin semakin miskin, kelas menengah bisa menjadi miskin, dan seterusnya.
Daya Beli Konsumen Melemah
Hal yang paling awal yang akan dialami para konsumen buku adalah harga belinya melemah, kenapa demikian karena saat yang sama harga kertas naik, yang berimplikasi pada para penerbit buku akan menaikkan harga bukunya, masyarakat juga dihadapkan pada kenaikan harga BBM yang akan berimplikasi naiknya harga secara umum, dalam kondisi ini maka yang terjadi adalah semakin lebarnya jurang pemisah antara daya beli masyarakat (apalagi terhadap buku) dengan harga buku yang ditawarkan penerbit.
Dalam hukum permintaan dan penawaran dikatakan harga keseimbangan terjadi jika ada titik temu antara harga yang ditawarkan produsen dengan harga yang di inginkan konsumen, dengan kondisi seperti ini akankah buku tetap akan dibeli oleh konsumen?
Yang perlu dilakukan Penerbit
Dengan kondisi seperti ini, maka penerbit sebagai produsen buku harus lebih kreatif dalam melihat pola ini, hal yang mungkin dilakukan adalah:
1. harga tetap dinaikkan dengan kisaran yang mungkin diterima oleh konsumen
2. Lakukan komunikasi yang intensif kepada para distributor dan toko buku, dengan target distributor dan toko buku akan faham kenapa penrbit menaikkan harga
3. Lakukan evaluasi, dan buat kategori buku yang telah diterbitkan, seperti.
a. Buku-buku best seller
Buku best seller adalah buku yang menjadi andalan dalam penjualan buku, untuk produk-produk ini yang bisa dilakukan adalah, selalu menyediakan stock buku ini, kemudian jika harganya saat ini sudah dikategorikan mahal, di atas Rp. 70.000,- per eksemplar, maka lakukan deversifikasi, seperti menjadikan buku best seller tersebut menjadi 2 jilid, atau mencetak dengan kertas yang lebih murah, atau jika awalnya Hard cover, jadikan soft cover, atau kalau perlu di edit ulang sehingga halamannya bisa lebih sedikit, yang pada akhirnya akan menyebabkan harga jualnya masih dalam kisaran angka Rp. 25.000 – Rp. 70.000,-
b. Buku-buku Biasa saja
Untuk buku dengan kategori biasa, yaitu buku yang masih laku/terjual di pasar tapi tidak menjadi best seller, maka di cetak beberapa kali saja untuk melengkapi stock di gudang.
c. Buku-Buku Slow Moving
Untuk buku slow moving , maka adakan kerjasama bazar buku murah dan discount pada angka yang menarik bagi konsumen. pola harga Rp. 5.000/bk, atau 10.000/bk dan 15.000/bk juga menarik untuk dilakukan.
4. Tetap menerbitkan buku baru
Kalau saya menyarankan walaupun kondisi pasar buku sedang sulit, namun para penerbit tetap menerbitkan buku baru, namun sekali lagi seleksilah dengan sungguh-sungguh buku yang akan diterbitkan, agar tidak menambah PR di belakang hari
5. Lakukan Deversifikasi produk.
Seperti yang saya uraikan pada point 3, maka dari awal fikirkan diversifikasi produk, seperti jumlah halamannya jangan terlalu tebal, ukuran bukunya, cover yang eye tracking, isi yang menyejukkan dan menambah semangat, jangan menerbitkan buku yang mahal dan isinya ”berat” dan bertele-tele.
6. Evaluasi jalur distribusi yang tidak efektif
Untuk mengurangi biaya maka, jalur distribusi yang costnya terlalu besar perlu diamputasi, termasuk didalamnya adalah toko-toko yang penjualannya tidak siqnifican, bisa jadi juga harus ditutup.
Semoga bermanfaat.
[1] Yang saya maksud penerbit disini adalah penerbit buku umum dan buku agama, tidak termasuk penerbit buku pelajaran dan proyek
[2] www.kompas.com, kamis, 3 april 2008
Berkomunikasi Efektif
12 Nov 2002 00:00
Dalam organisasi, kita harus melakukan komunikasi dengan berbagai orang. Untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan, Anda perlu gaya tersendiri sebagai seorang yang profesional dalam pekerjaan. Berikut ini ada beberapa tips.
- Latih diri Anda untuk tidak gugup bila berbicara dengan orang lain. Ini perlu banyak latihan, misalnya dengan menjadi anggota klub para bos atau sering berhubungan dengan mereka, Anda akan mulai merasa familiar dan tidak takut salah. Kepercayaan diri atau "keamanan" inilah yang menyebabkan Anda tidak mudah gugup. Sebagai test, cobalah sering bercanda dan beradu pendapat dengan kelompok teman. Kalau Anda mampu mengatasi berbagai ejekan dan gurauan teman, artinya Anda tidak akan mudah gugup dalam berbicara.
- Pilihlah kalimat seefektif mungkin. Jika bicara dengan bos, gunakan kalimat langsung pada sasaran pembicaraan. Beri pengantar sedikit tentang jalan ceritanya, lalu to the point pada laporan Anda. Hindari cerita yang tidak perlu. Berhati-hati jika menceritakan hal-hal pribadi yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan. Begitu lawan bicara Anda paham maksud Anda, jangan mengulang-ulang isi pembicaraan. Lanjutkan pembicaraan, atau hentikan pembicaraan supaya tidak membuang waktu orang lain.
- Sebisa mungkin, gunakan gaya serius dalam membicarakan pekerjaan. Konsentrasi pada apa yang Anda bicarakan dan tidak melantur kemana-mana. Tunjukkan sikap yang menunjukkan keseriusan Anda. Keseriusan Anda akan ditopang oleh persiapan sebelumnya. Jika Anda telah siap dengan berbagai data dan informasi yang relevan, maka Anda akan siap untuk bicara serius.
- Gunakan humor seperlunya jika diperlukan untuk mencairkan suasana, dan jangan berusaha membuat orang lain untuk tertawa. Jika orang lain tidak tertawa, lanjutkan saja pembicaraan.
- Sikap Anda menentukan kesan lawan bicara Anda. Gunakan sikap santai tetapi tetap berkonsentrasi pada pembicaraan. Ada beberapa gaya khas, misalnya duduk menaruh kedua tangan diatas meja dan bicara, melipat tangan, memegang buku, sesekali menopang dagu, dll. Anda bisa mempelajari berbagai gaya ini dengan melihat orang lain dan menirunya.
- Tempo bicara juga menentukan. Jangan berbicara terlalu lambat. Ungkapkan dengan optimis dan PeDe dengan kecepatan normal. Hindari menggumam dalam mengatakan sesuatu.
nw - dari berbagai sumber
12 Nov 2002 00:00
Dalam organisasi, kita harus melakukan komunikasi dengan berbagai orang. Untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan, Anda perlu gaya tersendiri sebagai seorang yang profesional dalam pekerjaan. Berikut ini ada beberapa tips.
- Latih diri Anda untuk tidak gugup bila berbicara dengan orang lain. Ini perlu banyak latihan, misalnya dengan menjadi anggota klub para bos atau sering berhubungan dengan mereka, Anda akan mulai merasa familiar dan tidak takut salah. Kepercayaan diri atau "keamanan" inilah yang menyebabkan Anda tidak mudah gugup. Sebagai test, cobalah sering bercanda dan beradu pendapat dengan kelompok teman. Kalau Anda mampu mengatasi berbagai ejekan dan gurauan teman, artinya Anda tidak akan mudah gugup dalam berbicara.
- Pilihlah kalimat seefektif mungkin. Jika bicara dengan bos, gunakan kalimat langsung pada sasaran pembicaraan. Beri pengantar sedikit tentang jalan ceritanya, lalu to the point pada laporan Anda. Hindari cerita yang tidak perlu. Berhati-hati jika menceritakan hal-hal pribadi yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan. Begitu lawan bicara Anda paham maksud Anda, jangan mengulang-ulang isi pembicaraan. Lanjutkan pembicaraan, atau hentikan pembicaraan supaya tidak membuang waktu orang lain.
- Sebisa mungkin, gunakan gaya serius dalam membicarakan pekerjaan. Konsentrasi pada apa yang Anda bicarakan dan tidak melantur kemana-mana. Tunjukkan sikap yang menunjukkan keseriusan Anda. Keseriusan Anda akan ditopang oleh persiapan sebelumnya. Jika Anda telah siap dengan berbagai data dan informasi yang relevan, maka Anda akan siap untuk bicara serius.
- Gunakan humor seperlunya jika diperlukan untuk mencairkan suasana, dan jangan berusaha membuat orang lain untuk tertawa. Jika orang lain tidak tertawa, lanjutkan saja pembicaraan.
- Sikap Anda menentukan kesan lawan bicara Anda. Gunakan sikap santai tetapi tetap berkonsentrasi pada pembicaraan. Ada beberapa gaya khas, misalnya duduk menaruh kedua tangan diatas meja dan bicara, melipat tangan, memegang buku, sesekali menopang dagu, dll. Anda bisa mempelajari berbagai gaya ini dengan melihat orang lain dan menirunya.
- Tempo bicara juga menentukan. Jangan berbicara terlalu lambat. Ungkapkan dengan optimis dan PeDe dengan kecepatan normal. Hindari menggumam dalam mengatakan sesuatu.
nw - dari berbagai sumber