Tulisan ini saya buat bukan untuk mengkritik siapapun, cuma sebagai sebuah perenungan akhir tahun :), melihat fenomena banyaknya amanah dakwah yang semakin hari semakin melimpah, adakalanya sebagian persoalan menjadi lamban diselesaikan. dan bisa jadi karena alasan yang logis dan syar'i.
Tentunya menjadi rumit suatu masalah jika persepsi tingkat penting atau tidaknya masalah ternyata berbeda diantara pihak. Jika ada kesamaan persepsi, tentunya menjadi magnet semua pihak untuk secepat dan sesingkatnya menyelesaikan masalah.
Menjadi menarik untuk perenungan seberapa pentingkah suatu perkara cepat dijawab dan dipecahkan dalam organisasi dakwah?. Dalam dunia bisnis kecepatan dalam memutuskan suatu perkara sangat penting, sama pentingnya dengan ketepatan (kualitas dan biaya) dalam menjawab perkara tersebut. Jika terlambat dalam memutuskan maka bisa jadi perusahaan rugi, misal karena gagal mendapatkan proyek atau konsumen. Saking pentingnya kecepatan dalam bisnis para bisnisman rela membayar lebih mahal agar tepat waktu (misal dalam kasus kita di Jerman tentunya berbeda tarif naik RE bila dibanding naik ICE), bahkan sebagian dari bisnisman investasi membeli jet pribadi salah satu fungsinya untuk menjamin ketepatan waktu dalam menepati janji dengan klien.
Dalam dunia bisnis kecepatan akhirnya berdampak pada "uang" dan uang merupakan darah dari suatu bisnis. sehebat apapun badan suatu usaha, namun aliran darahnya tidak lancar maka yang terjadi adalah stroke, dan sangat menganggu bisnis, bisa-bisa jadi bubar.
Bagaimana dengan dunia dakwah?, jika kecepatan terhambat maka bisa jadi sumbatan yang terjadi, dan sadar tidak sadar sesungguhnya ini bisa menyebabkan "stroke" bagi lembaga dakwah, karena sumbatan-sumbatan ini bisa berakumulasi yang berakhir pada tersumbatnya roda organisasi.
Sebagai contoh, baru-baru ini saya mendapatkan cerita ada salah seorang binaan kita yang mengajukan biodata ke murobbinya untuk dicarikan pendamping dalam mengarungi perjuangan dakwah. Nah, ini kan kabar gembira dalam dunia dakwah, karena ini menandakan terjadi proses internalisasi nilai-nilai dakwah pada diri mutarrobi, sehingga faham bagaimana seharusnya memulai proses melanjutkan tahapan dakwah dengan baik.
Selanjutnya, sang murobbi meneruskan biodata tersebut kepada pihak yang seharusnya, dan tentunya sang murobbi dan sang mutarobbi bersabar dan memperbanyak ibadah dan do'a, namun jika informasi dan harapan tersebut tidak kunjung menemukan titik kejelasan, bisa-bisa sang mutarobbi berfikir untuk mencari alternatif jalur lainnya yang mungkin menurutnya bisa membantu, terdengarlah kabar akan mencoba melalui jalur dari daerah asalnya di Indonesia. Namun setelah didengar informasi dari daerah asalnya di Indonesia, kabar lainnya terdengar. "wah kalau lewat itu (ngak berani menyebutkan wajihahnya) antrinya malah terlalu banyak"....:)
wah...wah...wah....sebegitukah kondisinya......bukankah sistim dibuat dalam rangka memudahkan dan mempercepat proses?, apakah kita sudah menganggap perkara proses pernikahan mutarobbi sebagai perkara yang dinomor sekiankan?, saya berbaik sangka tidak demikian, namun ini hanya salah satu perkara yang bisa jadi tidak terkomunikasikan dengan baik.
Saya menangkap kesan "lambat" dalam menangani beberapa perkara dakwah, dengan berbagai alasan yang mungkin bisa difahami, seperti: "Organisasi ini kan semakin besar dan semakin banyak orang-orangnya, maka wajar saja semakin lambat"...."para pengurusnya kan bekerja, bukan hanya mengurusi dakwah", "para pengurusnya kan banyak amanah lainnya", "para pengurusnya kan juga punya rumah tangga sendiri dan istri dan anak-anak yang juga harus didahulukan", .....dan seterusnya.....
Pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana mengatasi masalah ini, dan bagaimana seharusnya kita memposisikan kecepatan dalam mengambil keputusan?
Tahapan pertama yang perlu disamakan persepsinya adalah mengenai posisi kecepatan dalam mengambil keputusan, idealnya terjadi kesamaan persepsi bahwa kecepatan sangat penting dalam organisasi dakwah, bahkan jauh lebih penting dari organisasi bisnis sekalipun, mengapa demikian? karena organisasi bisnis berujung pada uang dan kepercayaan. Sementara organisasi dakwah lebih mulya dibanding uang dan tentunya juga berharap kepercayaan bukan hanya dari manusia namun juga berharap kepercayaan dari penciptanya manusia.
Saat yang sama disadari bahwa jargon melayani bukan hanya untuk para duta di DPR/DPRD serta eksekutif, jargon melayani sedari awal disadari oleh setiap da'i dilevel manapun, dengan demikian ketika kita mendapat amanah sebagai struktur maka sedari awal disadari kita akan selalu mendapat permintaan dari bawah, atas, kanan, kiri untuk melayani. Sepantasnyalah kita juga berupaya untuk mempercepat keputusan-keputusan dalam organisasi dakwah, melebihi kecepatan keputusan dalam organisasi bisnis.
Tahapan pertama yang perlu disamakan persepsinya adalah mengenai posisi kecepatan dalam mengambil keputusan, idealnya terjadi kesamaan persepsi bahwa kecepatan sangat penting dalam organisasi dakwah, bahkan jauh lebih penting dari organisasi bisnis sekalipun, mengapa demikian? karena organisasi bisnis berujung pada uang dan kepercayaan. Sementara organisasi dakwah lebih mulya dibanding uang dan tentunya juga berharap kepercayaan bukan hanya dari manusia namun juga berharap kepercayaan dari penciptanya manusia.
Saat yang sama disadari bahwa jargon melayani bukan hanya untuk para duta di DPR/DPRD serta eksekutif, jargon melayani sedari awal disadari oleh setiap da'i dilevel manapun, dengan demikian ketika kita mendapat amanah sebagai struktur maka sedari awal disadari kita akan selalu mendapat permintaan dari bawah, atas, kanan, kiri untuk melayani. Sepantasnyalah kita juga berupaya untuk mempercepat keputusan-keputusan dalam organisasi dakwah, melebihi kecepatan keputusan dalam organisasi bisnis.
Bagaimana caranya?
Perlu dirunut kembali satu persatu fungsi manajemen, akhirnya ketahuan dimana tersendatnya proses kecepatan dalam memutuskan. Beberapa lini yang perlu menjadi perhatian serius, adalah:
Perlu dirunut kembali satu persatu fungsi manajemen, akhirnya ketahuan dimana tersendatnya proses kecepatan dalam memutuskan. Beberapa lini yang perlu menjadi perhatian serius, adalah:
a. Kejelasan kemana suatu masalah seharusnya disampaikan (alur komunikasi, koordinasi dan pengambilan keputusan).
b. Kejelasan siapa saja yang seharusnya berhak memutuskan.
c. Keberanian pihak pimpinan untuk mendelegasikan wewenang
d. Adanya pihak yang mempunyai wewenang memberikan informasi dan melacak suatu masalah sampai tuntas.
Standar keputusan dikatakan cepat atau tepat waktu
Hal lain yang juga perlu dipertajam adalah apa standar suatu keputusan tersebut dikatakan cepat atau tepat waktu. Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu dibiasakan untuk menyampaikan tenggat waktu keputusan diharapkan sudah ada. dan tenggat waktu itulah yang menjadi batasan apakah keputusan tepat waktu atau tidak.
Standar keputusan dikatakan cepat atau tepat waktu
Hal lain yang juga perlu dipertajam adalah apa standar suatu keputusan tersebut dikatakan cepat atau tepat waktu. Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu dibiasakan untuk menyampaikan tenggat waktu keputusan diharapkan sudah ada. dan tenggat waktu itulah yang menjadi batasan apakah keputusan tepat waktu atau tidak.
Semoga bermanfaat.
Hannover, Jerman, Musim dinggin, 30 Des 2012
Keterangan: RE = Regional Express/Kereta api kelas ekonomi dan berhenti hampir disetiap stasiun, jadi lambat. ICE = Intercity Express/Kereta api cepat.
Keterangan: RE = Regional Express/Kereta api kelas ekonomi dan berhenti hampir disetiap stasiun, jadi lambat. ICE = Intercity Express/Kereta api cepat.
Saya lupa persisnya dari mana saya dapat inspirasi kata yang saya jadikan judul tersebut, namun sejak awal saya punya blog sepertinya tahun 2008, kata tersebut saya jadikan motto, dan semakin hari semakin saya suka dengan kata tersebut, dan biar tidak multi tafsir paling tidak melalui media ini saya mencoba menjelaskan maksud kata tersebut.
Sampai saat ini baru 7 negara yang saya kunjungi (Malaysia, Singapura, Arab Saudi, Mesir, Jerman, Prancis dan Polandia), dari kunjungan tersebut, saya menemukan fakta bahwasanya orang-orang Indonesia adalah orang-orang yang cerdas, tidak kalah dibandingkan dengan orang-orang dari negara manapun, sebagai contoh ilmuan Indonesia yang berada di Eropa biasanya selalu mendapatkan tempat tersendiri di kalangan ilmuan eropa lainnya, bahkan di kalangan internasional. Banyak nama yang bisa kita sebutkan sebagai contoh.
Nah, tinggal masing-masing dari diri kita mempunyai definisi tersendiri mengenai kecerdasan. Bagi saya, salah satu bentuk dari kecerdasan tersebut adalah dilihat dari seberapa besar manfaat yang tercipta dari kecerdasan tersebut. Saya memahami bahwa semakin besar manfaat yang diberikan dari apapun bentuk karya yang dihasilkan oleh seorang individu semakin cerdas dan istimewa orang tersebut. Dan sebaliknya jika hasil karya seseorang pada akhirnya memberikan kemudharatan bagi orang banyak, maka semakin tidak cerdas individu tersebut.
Dengan demikian bagi saya, bukan pencapaian gelar dan strata pendidikan yang menjadi ukuran kecerdasan, namun besarnya manfaat yang diberikan, bisa jadi seseorang hanya strata 1, atau strata 2 bahkan bisa jadi dibawahnya, namun jika hasil karyanya memberikan manfaat luas kepada masyarakat maka orang tersebut sangat pantas dikatakan cerdas. Dengan demikian maka teman-teman yang diberi karunia dari Allah menyandang gelar strata 3 (doktor) bahkan profesor, namun ternyata karyanya atau tingkah lakunya ternyata merusak masyarakat maka tidak perlu hormat berlebih-lebihan dengan orang-orang yang seperti ini, label akademiknya belum menunjukkan kecerdasan yang seharusnya.
semoga bermanfaat.
musim dingin, 30 Des 2012
Nah, tinggal masing-masing dari diri kita mempunyai definisi tersendiri mengenai kecerdasan. Bagi saya, salah satu bentuk dari kecerdasan tersebut adalah dilihat dari seberapa besar manfaat yang tercipta dari kecerdasan tersebut. Saya memahami bahwa semakin besar manfaat yang diberikan dari apapun bentuk karya yang dihasilkan oleh seorang individu semakin cerdas dan istimewa orang tersebut. Dan sebaliknya jika hasil karya seseorang pada akhirnya memberikan kemudharatan bagi orang banyak, maka semakin tidak cerdas individu tersebut.
Dengan demikian bagi saya, bukan pencapaian gelar dan strata pendidikan yang menjadi ukuran kecerdasan, namun besarnya manfaat yang diberikan, bisa jadi seseorang hanya strata 1, atau strata 2 bahkan bisa jadi dibawahnya, namun jika hasil karyanya memberikan manfaat luas kepada masyarakat maka orang tersebut sangat pantas dikatakan cerdas. Dengan demikian maka teman-teman yang diberi karunia dari Allah menyandang gelar strata 3 (doktor) bahkan profesor, namun ternyata karyanya atau tingkah lakunya ternyata merusak masyarakat maka tidak perlu hormat berlebih-lebihan dengan orang-orang yang seperti ini, label akademiknya belum menunjukkan kecerdasan yang seharusnya.
semoga bermanfaat.
musim dingin, 30 Des 2012
Akhir tahun ini saya dan keluarga masih di Hannover, seperti tahun-tahun sebelumnya. Tidak ada persiapan khusus di keluarga kami mengakhiri tahun dan menyambut tahun baru, karena memang dikeluarga kami menganggap perubahan waktu tersebut hanya biasa saja, yang sedikit berbeda hanyalah, harapan-harapan positif untuk tahun depan.
Walaupun suasana lingkungan, mengkondisikan kami seolah-olah juga ikut dalam meresapi perpindahan waktu tersebut. Di Hannover, akhir tahun biasanya dirangkai dengan perayaan natal, dan liburan panjang akhir tahun, anak-anak sekolah libur 2 pekan dalam rangka menyambut natal dan tahun baru. Namun dari pengamatan saya perayaan natal di Indonesia terutama kota besar seperti Jakarta, jauh lebih heboh dibanding perayaan natal di Hannover, bahkan di Jerman secara umum.
Sebagai pembanding, natal di Hannover, tidak terlalu kentara jika dilihat di mall, biasanya perbedaannya adalah di pasar malam menyambut natal (weinachmarkt) yang diadakan disetiap kota, kalau di Hannover disekeliling rumah kami, selama sebulan pasar malam diadakan. Isinya sebagian besar adalah makanan dan minuman, dan memang pasar malam ini sangat meriah dan ramai dikunjungi. Namun, tidak sebanding dengan banyaknya orang yang masuk ke dalam gereja yang megah dan besar-besar di kota Hannover.
Seratus meter dari rumah saya terdapat gereja tertua dan terbesar di kota Hannover, saya menyaksikan sepinya gereja tersebut pada natalan tahun ini, dan tahun-tahun sebelumnya. Entah mengapa?, salah satu alasan yang pernah saya dengarkan adalah, mereka tidak lagi menjadikan moment natalan sebagai mement ibadah yang penting, natalah bagi sebagian penganutnya, hanya sebagai sarana untuk bisa berkumpul lagi dengan keluarga, itupun bagi mereka yang masih berkeluarga. Seperti layaknya idul fitri di Indonesia, sebagian orang Jerman, menjadikan natalan sebagai sarana untuk pulang kampung, makan malam bersama keluarga dan berkumpul bersama keluarga.
Teringat beberapa tahun yang lalu di Jakarta, jika natalan, semua gereja mempersiapkan diri dengan serius, dan para penganutnya mempersiapkan diri dan bersegera untuk datang ke gereja melaksanakan rangkaian ibadahnya. Sepertinya itu tidak kita dapati di Jerman.
Yang juga menonjol lainnya, adalah kebiasaan mereka memberikan hadiah saat natalan, memang ini sepertinya masih dipertahankan sampai sekarang, anak-anak disekolah mendapatkan hadiah bisa berupa kue, coklat, dan lain-lain. Kemudian pasar-pasar mengadakan discount.
Kembali kediri kita.....
Semoga Allah menjadikan tahun depan semakin baik untuk kita semua, semakin banyak ibadah unggulan yang bisa dilakukan dan semakin banyak manfaat yang kita berikan baik untuk keluarga kita, maupun masyarakat umum. Tahun baru dengan semangat baru dan semakin menyala semangat dan energi positif dalam diri kita, untuk berkontribusi bagi kebaikan umat manusia. Amin ya robbil alamin.
Musim dingin, 30 Desember 2012
Teringat beberapa tahun yang lalu di Jakarta, jika natalan, semua gereja mempersiapkan diri dengan serius, dan para penganutnya mempersiapkan diri dan bersegera untuk datang ke gereja melaksanakan rangkaian ibadahnya. Sepertinya itu tidak kita dapati di Jerman.
Yang juga menonjol lainnya, adalah kebiasaan mereka memberikan hadiah saat natalan, memang ini sepertinya masih dipertahankan sampai sekarang, anak-anak disekolah mendapatkan hadiah bisa berupa kue, coklat, dan lain-lain. Kemudian pasar-pasar mengadakan discount.
Kembali kediri kita.....
Semoga Allah menjadikan tahun depan semakin baik untuk kita semua, semakin banyak ibadah unggulan yang bisa dilakukan dan semakin banyak manfaat yang kita berikan baik untuk keluarga kita, maupun masyarakat umum. Tahun baru dengan semangat baru dan semakin menyala semangat dan energi positif dalam diri kita, untuk berkontribusi bagi kebaikan umat manusia. Amin ya robbil alamin.
Musim dingin, 30 Desember 2012