Oleh: Jaharuddin
Awalnya saya berfikir ciri khas masjid adalah adanya kubah, sebagai penanda masjid agar mudah kelihatan dari luar, makanya tidak aneh jika hampir semua masjid di Indonesia ada kubahnya, di Indonesia kalau mau mencari masjid, lihat bagian atasnya ada kubah atau tidak. Cara berfikir seperti iulah yang saya bawa ketika pertama kali datang ke Jerman ditambah bayangan saya tentang Jerman adalah negara dengan muslim minoritas, jadi masjid jarang ditemukan.
Dan tetap saja saya berfikiran, walaupun masjid jarang ditemukan, masjid yang sedikit tersebut "pasti' ada kubahnya. Saya tidak tahu persis, kenapa bagi saya kubah itu identik dengan masjid, bisa jadi karena pemahaman dan pengalaman diri yang dibesarkan di salah satu kampung di Indonesia, yang tentunya sangat kental dengan nilai agama dan suasana masjid. Saya sangat menikmati masa-masa indah belajar mengaji di masjid, mengkhatamkan al-qur'an di masjid, musabaqah tilawatil al-Qur'an di masjid, sholat di masjid, tidur-tiduran bersama teman-teman di masjid saat ramadhan, dan kenangan indah lainnya di masjid.
Sebelum ke Jerman, saya mempunyai kesempatan berkunjung ke Malaysia, Singapura, Mesir dan Arab Saudi, kebetulan negara yang saya kunjungi ternyata mempunyai budaya "masjid" yang relatif hampir sama dengan Indonesia.
Umat Muslim di Jerman
Sebelum saya memaparkan dan memberi pandangan tentang masjid-masjid di Jerman, saya akan mendahului tulisan ini dengan memaparkan umat muslim di Jerman. Dari pengamatan saya, komunitas muslim di Jerman yang terbanyak adalah komunitas muslim dari Turki. Dalam sejarahnya ketika Jerman sedang membangun pasca perang dunia, Jerman membutuhkan banyak tenaga untuk membangun, salah satu yang banyak migrasi ke Jerman dan berkontribusi adalah orang-orang dari Turki, dan tentunya sekaligus membawa identitas mereka sebagai seorang muslim.
Masyarakat muslim Turki inilah yang akhirnya mengorganisir diri, membentuk komunitas, yang salah satu kegiatannya membangun masjid-masjid di Jerman, saya tidak mempunyai data persis berapa banyak masjid komunitas Turki di Jerman, namun saya sangat yakin di atas 200 masjid, karena ketika saya berkunjung kekota lain, bahkan ke salah satu desa di Jerman, saya menemukan masjid dari komunitas Turki.
Saat ini komunitas muslim Turki di Jerman, sudah masuk ke generasi kedua dan ketiga, jadi sudah sangat banyak muslim dari komunitas Turki yang dilahirkan dan dibesarkan di Jerman. Mereka dilahirkan sebagai warga negara Jerman, dengan mendapatkan fasilitas pendidikan gratis, tunjangan sosial, dan berbagai fasilitas lainnya. Makanya tidak aneh beberapa orang dari tim inti sepak bola Jerman adalah muslim dari keturunan Turki. Hal ini juga merobah profesi mereka, yang awalnya sebagian besar adalah "pekerja sektor menengah dan informal", saat ini sudah sangat banyak anak-anak dari komunitas muslim Turki yang mempunyai pendidikan tinggi dan memiliki jabatan strategis di Jerman, mereka adalah profesional, ada yang jadi dokter, lawyer, ketua institute, profesor bahkan menteri.
Seiring semakin strategisnya posisi mereka di masyarakat, juga berdampak pada semakin membaiknya kondisi ekonomi dan akses terhadap berbagai fasilitas, termasuk kemudahan dan akses dalam membangun masjid dan sarana pendukungnya, seperti sekolah Islam, Islamic center, restoran, pusat olah raga. Salah satu organisasi muslim Turki di Jerman adalah Islamische Gemeinschaft Milli Gourus (IGMG), anda yang ingin tahu lebih lanjut bisa berselancar di web www.igmg.org.
Saat ini kita mudah menemukan perempuan berjilbab di kota-kota besar di Jerman, sebagai salah satu indikator banyaknya muslim di kota tersebut, begitu pula masjid, sudah cukup banyak masjid di bangun di Jerman, untuk memudahkan kaum muslimin melaksanakan ibadah.
Komunitas muslim kedua terbesar adalah komunitas muslim dari negara-negara Arab, mereka berkumpul dan salah satu aktivitasnya adalah membangun masjid. cukup banyak masjid-masjid yang dibangun oleh komunitas muslim Arab, salah satu ciri masjid ini adalah ketika khutbah Jum'at, mereka biasanya mengunakan bahasa Arab dan Jerman. Saya yakin juga ratusan masjid yang sudah di bangun oleh komunitas dari negara-negara Arab.
Komunitas Muslim Indonesia
Kurang lengkap rasanya jika membahas komunitas muslim di Jerman, tanpa membahas komunitas muslim dari Indonesia. Komunitas muslim yang berasal dari Indonesia, secara perlahan namun pasti semakin menunjukkan perannya. Komunitas muslim dari Indonesia berawal dari sejarah panjang putra putri Indonesia yang mendapat kesempatan bersekolah di Jerman. Anda masih ingat salah satu tokoh alumni Jerman adalah Prof BJ Habibie, dan pengiriman putra putri terbaik bangsa terus berlangsung sampai saat ini.
Awalnya sebagian besar mahasiswa yang kuliah di Jerman didanai oleh beasiswa, namun saat ini sudah sangat beragam, sudah sangat banyak dari mahasiswa indonesia di Jerman yang kuliah dengan pendanaan mandiri, sambil bekerja paroh waktu di Jerman.
Ketika mereka menyelesaikan studinya, sebagian dari mereka pulang ke tanah air, ada yang meneruskan studi, dan ada juga yang bekerja dan menetap di Jerman, bahkan juga ada yang menjadi warga negara Jerman, karena menikah dengan orang Jerman, atau karena mereka sudah yakin akan menghabiskan masa tua dan mendidik anak-anak yang dilahirkan di Jerman sampai mereka dewasa. Tidak aneh juara nasional bulu tangkis Jerman, adalah putri asli Indonesia, ibu bapaknya asli Indonesia. Tidak kurang dari 10.000 an orang Indonesia yang ada di Jerman saat ini, dengan domisili paling banyak di kota Berlin dan Hamburg.
Seiring waktu, para mahasiswa dan profesional dibidangnya masing-masing menyadari, dengan semakin banyaknya orang muslim Indonesia di Jerman, harus ada upaya untuk membangun suasana keIslaman. Muncullah inisiatif mebentuk pengajian-pengajian kota di Jerman, saat ini disemua kota besar di Jerman, ada pengajian kotanya. Pengajian kota ini menjadi sarana shilaturahmi dan saling menjaga diantara muslim Indonesia yang ada di Jerman.
Bahkan di Berlin sudah berdiri masjid Indonesia, yang diberi nama Masjid Al-Falah, atau juga dikenal dengan Indonesisches Weisheits und KulturZentrum (IWKZ) e.V Berlin. lebih lanjut anda bisa lihat informasinya di www.iwkz.de
Bagi anda orang tua yang mengirim putra putrinya sekolah ke Jerman, saya sangat menganjurkan untuk menitipkan putra putri anda ke pengajian kota di tempat putra putri anda sekolah, karena dengan cara seperti itu putra putri anda semoga bisa lebih terjaga keIslamannya, dan bisa terhindar dari budaya permisive yang sangat mengkhawatirkan di Jerman.
Masjid di Jerman
Beberapa ciri umum masjid di Jerman adalah: (1). Semua masjid merupakan masjid komunitas, misalnya masjid komunitas Turki, Arab, Pakistan, Kurdi, Vietnam, atau Indonesia. (2). Tidak diperbolehkan memperdengarkan adzan ke luar masjid, jadi selama anda di Jerman, anda tidak akan mendengarkan adzan dari masjid, supaya rindu anda terobati, biasanya kami memasang jadwal sholat yang ditandai adzan di komputer masing-masing, jadi saat jadwal sholat tiba, otomatis terdengar suara adzan. (3). Sebagian besar masjid di Jerman, merupakan bagian dari gedung tertentu, artinya secara kasat mata dari luar, anda tidak akan melihat tampilan masjid, walaupun dibeberapa kota saat ini sudah muncul masjid yang tampilan luarnya pun sudah ala masjid di Indonesia. Dibawah ini, saya ambilkan beberapa contoh masjid di Jerman, sebagai informasi dan pengetahuan bagi kita, dengan harapan, semakin besar kecintaan kita terhadap Islam dan masjid ..."Generasi modern adalah generasi cinta masjid". Saat ini Islam tumbuh subur di Eropa, bahkan diduga pada tahun 2050 Jerman mayoritas penduduknya beragama Islam.
1. Masjid Ayasofya Milli Gorus (Masjid Weidendamm, Hannover)
Saya suka sekali dengan masjid ini, karena luas, dan sudah sangat pantas disebut Islamic Center. Bangunan yang terlihat di atas, merupakan bangunan utama dari Masjid. Ruang Masjid pada lantai 2, sedangkan lantai 1 dijadikan restoran, supermarket, dan arena main dan olahraga. Bagian belakang ada ruang kelas untuk sekolah anak-anak muslim, dan juga ada perkantoran.
Umat Muslim di Jerman
Sebelum saya memaparkan dan memberi pandangan tentang masjid-masjid di Jerman, saya akan mendahului tulisan ini dengan memaparkan umat muslim di Jerman. Dari pengamatan saya, komunitas muslim di Jerman yang terbanyak adalah komunitas muslim dari Turki. Dalam sejarahnya ketika Jerman sedang membangun pasca perang dunia, Jerman membutuhkan banyak tenaga untuk membangun, salah satu yang banyak migrasi ke Jerman dan berkontribusi adalah orang-orang dari Turki, dan tentunya sekaligus membawa identitas mereka sebagai seorang muslim.
Masyarakat muslim Turki inilah yang akhirnya mengorganisir diri, membentuk komunitas, yang salah satu kegiatannya membangun masjid-masjid di Jerman, saya tidak mempunyai data persis berapa banyak masjid komunitas Turki di Jerman, namun saya sangat yakin di atas 200 masjid, karena ketika saya berkunjung kekota lain, bahkan ke salah satu desa di Jerman, saya menemukan masjid dari komunitas Turki.
Saat ini komunitas muslim Turki di Jerman, sudah masuk ke generasi kedua dan ketiga, jadi sudah sangat banyak muslim dari komunitas Turki yang dilahirkan dan dibesarkan di Jerman. Mereka dilahirkan sebagai warga negara Jerman, dengan mendapatkan fasilitas pendidikan gratis, tunjangan sosial, dan berbagai fasilitas lainnya. Makanya tidak aneh beberapa orang dari tim inti sepak bola Jerman adalah muslim dari keturunan Turki. Hal ini juga merobah profesi mereka, yang awalnya sebagian besar adalah "pekerja sektor menengah dan informal", saat ini sudah sangat banyak anak-anak dari komunitas muslim Turki yang mempunyai pendidikan tinggi dan memiliki jabatan strategis di Jerman, mereka adalah profesional, ada yang jadi dokter, lawyer, ketua institute, profesor bahkan menteri.
Seiring semakin strategisnya posisi mereka di masyarakat, juga berdampak pada semakin membaiknya kondisi ekonomi dan akses terhadap berbagai fasilitas, termasuk kemudahan dan akses dalam membangun masjid dan sarana pendukungnya, seperti sekolah Islam, Islamic center, restoran, pusat olah raga. Salah satu organisasi muslim Turki di Jerman adalah Islamische Gemeinschaft Milli Gourus (IGMG), anda yang ingin tahu lebih lanjut bisa berselancar di web www.igmg.org.
Saat ini kita mudah menemukan perempuan berjilbab di kota-kota besar di Jerman, sebagai salah satu indikator banyaknya muslim di kota tersebut, begitu pula masjid, sudah cukup banyak masjid di bangun di Jerman, untuk memudahkan kaum muslimin melaksanakan ibadah.
Komunitas muslim kedua terbesar adalah komunitas muslim dari negara-negara Arab, mereka berkumpul dan salah satu aktivitasnya adalah membangun masjid. cukup banyak masjid-masjid yang dibangun oleh komunitas muslim Arab, salah satu ciri masjid ini adalah ketika khutbah Jum'at, mereka biasanya mengunakan bahasa Arab dan Jerman. Saya yakin juga ratusan masjid yang sudah di bangun oleh komunitas dari negara-negara Arab.
Komunitas Muslim Indonesia
Kurang lengkap rasanya jika membahas komunitas muslim di Jerman, tanpa membahas komunitas muslim dari Indonesia. Komunitas muslim yang berasal dari Indonesia, secara perlahan namun pasti semakin menunjukkan perannya. Komunitas muslim dari Indonesia berawal dari sejarah panjang putra putri Indonesia yang mendapat kesempatan bersekolah di Jerman. Anda masih ingat salah satu tokoh alumni Jerman adalah Prof BJ Habibie, dan pengiriman putra putri terbaik bangsa terus berlangsung sampai saat ini.
Awalnya sebagian besar mahasiswa yang kuliah di Jerman didanai oleh beasiswa, namun saat ini sudah sangat beragam, sudah sangat banyak dari mahasiswa indonesia di Jerman yang kuliah dengan pendanaan mandiri, sambil bekerja paroh waktu di Jerman.
Ketika mereka menyelesaikan studinya, sebagian dari mereka pulang ke tanah air, ada yang meneruskan studi, dan ada juga yang bekerja dan menetap di Jerman, bahkan juga ada yang menjadi warga negara Jerman, karena menikah dengan orang Jerman, atau karena mereka sudah yakin akan menghabiskan masa tua dan mendidik anak-anak yang dilahirkan di Jerman sampai mereka dewasa. Tidak aneh juara nasional bulu tangkis Jerman, adalah putri asli Indonesia, ibu bapaknya asli Indonesia. Tidak kurang dari 10.000 an orang Indonesia yang ada di Jerman saat ini, dengan domisili paling banyak di kota Berlin dan Hamburg.
Seiring waktu, para mahasiswa dan profesional dibidangnya masing-masing menyadari, dengan semakin banyaknya orang muslim Indonesia di Jerman, harus ada upaya untuk membangun suasana keIslaman. Muncullah inisiatif mebentuk pengajian-pengajian kota di Jerman, saat ini disemua kota besar di Jerman, ada pengajian kotanya. Pengajian kota ini menjadi sarana shilaturahmi dan saling menjaga diantara muslim Indonesia yang ada di Jerman.
Bahkan di Berlin sudah berdiri masjid Indonesia, yang diberi nama Masjid Al-Falah, atau juga dikenal dengan Indonesisches Weisheits und KulturZentrum (IWKZ) e.V Berlin. lebih lanjut anda bisa lihat informasinya di www.iwkz.de
Bagi anda orang tua yang mengirim putra putrinya sekolah ke Jerman, saya sangat menganjurkan untuk menitipkan putra putri anda ke pengajian kota di tempat putra putri anda sekolah, karena dengan cara seperti itu putra putri anda semoga bisa lebih terjaga keIslamannya, dan bisa terhindar dari budaya permisive yang sangat mengkhawatirkan di Jerman.
Masjid di Jerman
Beberapa ciri umum masjid di Jerman adalah: (1). Semua masjid merupakan masjid komunitas, misalnya masjid komunitas Turki, Arab, Pakistan, Kurdi, Vietnam, atau Indonesia. (2). Tidak diperbolehkan memperdengarkan adzan ke luar masjid, jadi selama anda di Jerman, anda tidak akan mendengarkan adzan dari masjid, supaya rindu anda terobati, biasanya kami memasang jadwal sholat yang ditandai adzan di komputer masing-masing, jadi saat jadwal sholat tiba, otomatis terdengar suara adzan. (3). Sebagian besar masjid di Jerman, merupakan bagian dari gedung tertentu, artinya secara kasat mata dari luar, anda tidak akan melihat tampilan masjid, walaupun dibeberapa kota saat ini sudah muncul masjid yang tampilan luarnya pun sudah ala masjid di Indonesia. Dibawah ini, saya ambilkan beberapa contoh masjid di Jerman, sebagai informasi dan pengetahuan bagi kita, dengan harapan, semakin besar kecintaan kita terhadap Islam dan masjid ..."Generasi modern adalah generasi cinta masjid". Saat ini Islam tumbuh subur di Eropa, bahkan diduga pada tahun 2050 Jerman mayoritas penduduknya beragama Islam.
1. Masjid Ayasofya Milli Gorus (Masjid Weidendamm, Hannover)
Saya suka sekali dengan masjid ini, karena luas, dan sudah sangat pantas disebut Islamic Center. Bangunan yang terlihat di atas, merupakan bangunan utama dari Masjid. Ruang Masjid pada lantai 2, sedangkan lantai 1 dijadikan restoran, supermarket, dan arena main dan olahraga. Bagian belakang ada ruang kelas untuk sekolah anak-anak muslim, dan juga ada perkantoran.
Masjid ini dibangun dan dikelola oleh IGMG (Islamische Gemeinschaft Milli Gorus) e.V, kalau terjemahan bebasnya semacam Yayasan Islam Milli Gorus, ini merupakan yayasan komunitas Turki di Jerman, masjidnya banyak sekali di Jerman, bahkan juga di negara Eropa lainnya. Masjid ini mampu menampung sekitar 500 an jama'ah, alamatnya Jalan Weidendamm 9, Hannover.
2.Masjid....
bersambung...
Hannover, Musim semi yang masih amat dingin, 25 maret 2013
Kemarin hari ahad, saya ada pengajian di masjid Turki terbesar di kota Hannover, saking besarnya masjid ini seperti masjid-masjid di Indonesia, bahkan dalam kasus tertentu menurut saya lebih dibandingkan masjid di Indonesia, seperti bersih, ornamen yang ekslusif. Masjid ini juga Islamic Center di Hannover, karena masjid ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti supermarket, restoran, kantor, sekolah, ruang olahraga, dan berbagai fasilitas lainnya.
Singkat cerita kerinduan terhadap suasana masjid seperti masjid Al-Azhar pusat, di Jakarta selatan, Masjid Pondok Indah, bisa terobati dengan berkunjung dan beriktikaf di masjid ini. wah, kok jadi cerita masjid ya, namun ngak masalah karena saya memang "kepincut" dengan masjid Weidedamm, Hannover ini.
Nah di masjid inilah, saya ketemu dengan beberapa orang sahabat dari Hamburg, Bremen dan tentunya dari Hannover, kita bercerita tentang perkembangan Islam di masing-masing kota. Yang menarik adalah cerita seorang sahabat dari kota x (sengaja tidak disebutkan), untuk menjaga rahasia kasus ini, namun saya akan memaparkannya di sini untuk sama-sama kita ambil pelajaran, agar kasus serupa tidak terulang.
Seorang ibu bergama Islam warga negara Indonesia, di kota x, beberapa hari yang lalu meninggal, ketika sakratul mautnya, ada beberapa muslim dikota tersebut mendampingi, namun sayangnya anak semata wayangnya yang masih bernama asli Indonesia tidak hadir ditempat tersebut, dan ini dalam budaya di Jerman sangat lumrah, anda dengan mudahnya menemukan seorang ibu/bapak tua, tinggal sendirian dan tidak ditemani oleh anak-anaknya, apalagi kaum kerabatnya.
Lebih tragisnya lagi, beberapa tahun terakhir ini, sebagian orang-orang tua di Jerman, di pindahkan ke negara eropa lainnya, dengan alasan, dengan biaya assuransi yang mereka punyai di Jerman jika pindah ke negara lainnya, maka fasilitas yang didapatkan lebih bagus bila dibandingkan tetap bertahan di Jerman. Saat ini ribuan orang tua dari Jerman, pindah ke negara-negara eropa timur. Bagi saya ini tragis dan mengerikan, seolah-olah mereka yang telah berjasa membangun negara ini, dimasa tuanya diminta untuk numpang meninggal di negara lain. Menyedihkan.!
Namun begitulah faktanya, anak-anak dan kaum kerabat mereka tidak peduli dengan mereka, dan mereka melalui masa-masa tuanya dengan kesendirian yang menyedihkan.
Kembali kepada ibu x tadi, maka berakhir dengan meninggalnya ibu ini...Innalillahi wa innalillahi ro'jiun..... Selanjutnya adalah mengurus jenazahnya, disini muncul masalah baru, terdengar kabar bahwa ibu ini meninggalkan wasiat untuk di kremasi (dibakar), dan ini bagi orang Jerman yang rasional, merupakan cara paling murah dalam penyelengaraan jenazah.
Namun, ibu inikan muslimah, tentunya cara tersebut tidak sesuai dengan ajaran Islam, akhirnya beberapa muslim Indonesia yang ada dikota tersebut melakukan pendekatan ke keluarganya, memberikan pemahaman bahwa dalam Islam caranya bukan dikremasi, ada tata caranya tersendiri....anaknya masih bisa di ajak dialog, namun suaminya yang tidak muslim dan berwarga negara Jerman, tetap bersekukuh dengan wasiat istrinya, bahkan dia mengungkapkan bahwa wasiat tersebut tertulis.
Pelajaran
Anda yang berniat untuk melakukan pernikahan beda agama, apalagi tinggal di negara minoritas muslim seperti Jerman, ekstra hati-hatilah dalam memutuskan, karena saya yang sekarang mukim di negara minoritas ini melihat fakta, bahwa tidak mudah menjalankan rumah tangga beda agama tersebut. Jangankan beda agama, jika suami atau istri anda sekalipun yang berwarga negara asing sudah jelas-jelas memeluk Islam,. itupun tidak mudah untuk mengajarkan Islam kepadanya.
Bisa jadi anda membayangkan bahagia dalam perjalanan rumah tangga anda, namun ingat rumah tangga anda bukan rumah tangga yang akan anda jalanan 1 - 2 tahun, tapi rumah tangga anda akan melahirkan anak-anak yang perlu dijaga keIslamannya, mulai dari anak-anak, remaja, sampai dewasa. Bagi kami yang sekarang melihat langsung sistim pendidikan dan kebebasan yang diajarkan orang Jerman kepada anak-anak mereka, sangat khawatir jika anak-anak kami tumbuh dan dibesarkan di lingkungan seperti ini. Sebagai contoh, pada level sekolah dasar kelas 4 sudah diajarkan pendidikan seks, yang menjurus pada free sex, misalnya masing-masing anak dimina untuk bercerita pengalaman pertama melakukan hubungan seksual....ini mengerikan!, belum lagi dengan mudahnya anak-anak kita melihat pemandangan tidak senonoh dari iklan, atau dari pakaian mereka ketika musim panas. Makanya tidak aneh, sebagian dari orang Indonesia yang awalnya berniat bekerja dan menetap di Jerman, setelah ditimbang-timbang dengan matang ketika anak-anaknya menginjak remaja, mereka memutuskan pulang ke Indonesia, alasan utamanya adalah menyelamatkan anak-anaknya dari pergaulan bebas.
Kami juga mendapati kasus seorang suami warga negara Jerman, yang curiga berlebih-lebihan kepada istrinya jika ikut dalam kajian keislaman, sampai muncul fitnah seolah-olah kajian Islam telah merusak keluarganya, kasihan...... Dan juga anda akan mengakhiri kehidupan bersama pasangan anda yang belum tentu mengerti aturan-aturan agama.
Kalaupun, anda akhirnya sudah memutuskan membangun rumah tangga bersama suami anda warga negara asing dan tinggal di negara minoritas, maka berusahalah dengan maksimal untuk belajar agama Islam, misalnya ikut kajian-kajian Islam yang diadakan oleh komunitas Indonesia di kota anda. Dengan cara itu, anda lebih mudah terjaga dan membangun keluarga dan anak-anak yang juga mengerti ajaran Islam. Jangan malah menjauhi dengan berbagai alasan,
Hannover, 25 Maret 2013
Singkat cerita kerinduan terhadap suasana masjid seperti masjid Al-Azhar pusat, di Jakarta selatan, Masjid Pondok Indah, bisa terobati dengan berkunjung dan beriktikaf di masjid ini. wah, kok jadi cerita masjid ya, namun ngak masalah karena saya memang "kepincut" dengan masjid Weidedamm, Hannover ini.
Nah di masjid inilah, saya ketemu dengan beberapa orang sahabat dari Hamburg, Bremen dan tentunya dari Hannover, kita bercerita tentang perkembangan Islam di masing-masing kota. Yang menarik adalah cerita seorang sahabat dari kota x (sengaja tidak disebutkan), untuk menjaga rahasia kasus ini, namun saya akan memaparkannya di sini untuk sama-sama kita ambil pelajaran, agar kasus serupa tidak terulang.
Seorang ibu bergama Islam warga negara Indonesia, di kota x, beberapa hari yang lalu meninggal, ketika sakratul mautnya, ada beberapa muslim dikota tersebut mendampingi, namun sayangnya anak semata wayangnya yang masih bernama asli Indonesia tidak hadir ditempat tersebut, dan ini dalam budaya di Jerman sangat lumrah, anda dengan mudahnya menemukan seorang ibu/bapak tua, tinggal sendirian dan tidak ditemani oleh anak-anaknya, apalagi kaum kerabatnya.
Lebih tragisnya lagi, beberapa tahun terakhir ini, sebagian orang-orang tua di Jerman, di pindahkan ke negara eropa lainnya, dengan alasan, dengan biaya assuransi yang mereka punyai di Jerman jika pindah ke negara lainnya, maka fasilitas yang didapatkan lebih bagus bila dibandingkan tetap bertahan di Jerman. Saat ini ribuan orang tua dari Jerman, pindah ke negara-negara eropa timur. Bagi saya ini tragis dan mengerikan, seolah-olah mereka yang telah berjasa membangun negara ini, dimasa tuanya diminta untuk numpang meninggal di negara lain. Menyedihkan.!
Namun begitulah faktanya, anak-anak dan kaum kerabat mereka tidak peduli dengan mereka, dan mereka melalui masa-masa tuanya dengan kesendirian yang menyedihkan.
Kembali kepada ibu x tadi, maka berakhir dengan meninggalnya ibu ini...Innalillahi wa innalillahi ro'jiun..... Selanjutnya adalah mengurus jenazahnya, disini muncul masalah baru, terdengar kabar bahwa ibu ini meninggalkan wasiat untuk di kremasi (dibakar), dan ini bagi orang Jerman yang rasional, merupakan cara paling murah dalam penyelengaraan jenazah.
Namun, ibu inikan muslimah, tentunya cara tersebut tidak sesuai dengan ajaran Islam, akhirnya beberapa muslim Indonesia yang ada dikota tersebut melakukan pendekatan ke keluarganya, memberikan pemahaman bahwa dalam Islam caranya bukan dikremasi, ada tata caranya tersendiri....anaknya masih bisa di ajak dialog, namun suaminya yang tidak muslim dan berwarga negara Jerman, tetap bersekukuh dengan wasiat istrinya, bahkan dia mengungkapkan bahwa wasiat tersebut tertulis.
Pelajaran
Anda yang berniat untuk melakukan pernikahan beda agama, apalagi tinggal di negara minoritas muslim seperti Jerman, ekstra hati-hatilah dalam memutuskan, karena saya yang sekarang mukim di negara minoritas ini melihat fakta, bahwa tidak mudah menjalankan rumah tangga beda agama tersebut. Jangankan beda agama, jika suami atau istri anda sekalipun yang berwarga negara asing sudah jelas-jelas memeluk Islam,. itupun tidak mudah untuk mengajarkan Islam kepadanya.
Bisa jadi anda membayangkan bahagia dalam perjalanan rumah tangga anda, namun ingat rumah tangga anda bukan rumah tangga yang akan anda jalanan 1 - 2 tahun, tapi rumah tangga anda akan melahirkan anak-anak yang perlu dijaga keIslamannya, mulai dari anak-anak, remaja, sampai dewasa. Bagi kami yang sekarang melihat langsung sistim pendidikan dan kebebasan yang diajarkan orang Jerman kepada anak-anak mereka, sangat khawatir jika anak-anak kami tumbuh dan dibesarkan di lingkungan seperti ini. Sebagai contoh, pada level sekolah dasar kelas 4 sudah diajarkan pendidikan seks, yang menjurus pada free sex, misalnya masing-masing anak dimina untuk bercerita pengalaman pertama melakukan hubungan seksual....ini mengerikan!, belum lagi dengan mudahnya anak-anak kita melihat pemandangan tidak senonoh dari iklan, atau dari pakaian mereka ketika musim panas. Makanya tidak aneh, sebagian dari orang Indonesia yang awalnya berniat bekerja dan menetap di Jerman, setelah ditimbang-timbang dengan matang ketika anak-anaknya menginjak remaja, mereka memutuskan pulang ke Indonesia, alasan utamanya adalah menyelamatkan anak-anaknya dari pergaulan bebas.
Kami juga mendapati kasus seorang suami warga negara Jerman, yang curiga berlebih-lebihan kepada istrinya jika ikut dalam kajian keislaman, sampai muncul fitnah seolah-olah kajian Islam telah merusak keluarganya, kasihan...... Dan juga anda akan mengakhiri kehidupan bersama pasangan anda yang belum tentu mengerti aturan-aturan agama.
Kalaupun, anda akhirnya sudah memutuskan membangun rumah tangga bersama suami anda warga negara asing dan tinggal di negara minoritas, maka berusahalah dengan maksimal untuk belajar agama Islam, misalnya ikut kajian-kajian Islam yang diadakan oleh komunitas Indonesia di kota anda. Dengan cara itu, anda lebih mudah terjaga dan membangun keluarga dan anak-anak yang juga mengerti ajaran Islam. Jangan malah menjauhi dengan berbagai alasan,
Hannover, 25 Maret 2013
Oleh: Jaharuddin
Kali ini saya bercerita tentang kisah nyata anak seorang da'i ternama asal Indonesia yang sedang sekolah disalah satu kota dagang di Jerman. Pekan lalu ustadz ini datang ke Jerman bersama istrinya, dan ternyata beliau hadir ke Jerman dalam rangka menikahkan putranya yang masih muda belia, dengan seorang muslimah yang orang tuanya sudah lama mukim di Jerman.
Bagi saya ini fenomena cerdas, bukan hanya melawan arus, namun juga benar. Mengapa demikian, karena saya yang saat ini juga mukim di Jerman, tahu persis beratnya godaan mereka para mahasiswa dan mahasiswa Indonesia di Jerman. Mereka bergaul dengan teman-teman yang bebas, sebebasnya. sesuai dengan lingkungan mereka masing-masing, misal minum alkhohol, free sex, kumpul kebo, dan seterusnya.
Kami menemukan sebagian mahasiswa Indonesia yang akhirnya juga terjerumus pada budaya yang sama dengan teman-teman kebanyakan lainnya. Misalnya, ada mahasiswa Indonesia pacaran beda kota, nah ketika liburan mereka saling bertemu dan tanpa merasa berdosa menginap dirumah pacarnya. Bagi saya ini fenomena yang mengerikan. Disisi lain, belum tentu seminggu sekali bisa ketemuan dengan sesama orang Indonesia, atau muslim yang bisa menasehati, atau yang disegani, akhirnya mereka tanpa kontrol, karena toh orang tua dan saudara jauuuuh sekali di Indonesia.
Fenomena seorang ustadz menikahkan anaknya walaupun masih memulai kuliah ini merupakan salah satu solusi preventif anak-anak muda agar tidak jatuh ke jurang maksiat. Namun inikan budaya baru, yang kebanyakan orang tua biasanya berfikiran: "selesaikan kuliah dulu, bekerja, kemudian baru menikah". Padahal selama proses kuliah, kalau dinegara minoritas dan jauh dari orang tua dan keluarga, banyak hal bisa terjadi, termasuk hal-hal yang tidak diinginkan.
Saya sangat yakin ustadz ternama tersebut, tidak menyangsikan kesholehan dan karakter anaknya, namun anak yang sholeh dan berkarakter kuat sekalipun, jika berada pada lingkungan yang salah, lambat laun kesholehannya bisa tergerus sedikit demi sedikit, dan bisa berakibat fatal.
Nah, untuk menjaga putra putri kita, maka orang tua jangan "egois", memaksa anak-anak jauh dari orang tua, ditengah godaan yang berat, para orang tua dulu kan juga pernah muda, bagaimana gejolak emosi saat muda. Untuk itu menikahkan putra putri pada usia muda, apalagi jauh dari orang tua bagi saya adalah solusi yang cerdas, sehingga putra putri kita lebih terjaga dengan baik.
Pernah ada kasus pada kota x di Jerman, ada seorang pemuda dari Indonesia, diketahui pacaran dengan seorang wanita juga dari Indonesia, dan suatu hari ditemukan bukti bahwa sang perempuan sering menginap dirumah sang cowok, sang laki-laki dinasehati oleh pemuda-pemuda lainnya di kota tersebut, namun sepertinya tidak mempan. Ditempuhlah cara lain, yaitu dengan menyampaikan informasi tersebut kepada kedua orang tua, dan diusulkan sebaiknya dinikahkan saja, , namun orang tuanya malah cuek, seolah-olah tidak ada masalah.
Ingat!, ketika putra putri anda hidup bebas, tidak terkontrol, jauh dari orang tua, faktanya juga akan berdampak pada studi, akhirnya studi tidak selesai, atau menyelesaikan studinya dalam jangka yang amat panjang. Sekali lagi, kasus seperti ini merupakan contoh pemuda-pemuda yang menjadi korban orang tuanya, dimana cara berfikirnya masih konvensional, seolah-olah melakukan maksiat biasa saja.
Ingat!, ketika putra putri anda hidup bebas, tidak terkontrol, jauh dari orang tua, faktanya juga akan berdampak pada studi, akhirnya studi tidak selesai, atau menyelesaikan studinya dalam jangka yang amat panjang. Sekali lagi, kasus seperti ini merupakan contoh pemuda-pemuda yang menjadi korban orang tuanya, dimana cara berfikirnya masih konvensional, seolah-olah melakukan maksiat biasa saja.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan para orang tua adalah kesiapan orang tua dalam mengirimkan anak-anaknya sekolah ke Jerman. Orang tua harus benar-benar sadar dengan berbagai resiko yang mungkin muncul, juga diharapkan memahami sistim pendidikan di Jerman, bukan hanya karena "prestise' anak sekolah di luar negeri.
Saya menemukan cukup banyak calon mahasiswa dan mahasiswa Indonesia yang terbengkalai kuliahnya, misal: sudah 7 tahun berjalan , namun masih sangat mungkin Drop Out. kemudian untuk yang akan mengambil bachelor (S1) di jerman, maka tamat SMA tidak langsung kuliah, disiapkan dulu dengan mengikuti studkoll, untuk mendapatkan kursi diterima di studkoll pun tidak mudah, akhirnya saya menemukan calon mahasiswa yang terkatung-katung di sini, studkoll belum, apalagi kuliah.
Hannover, 25 Maret 2013
Jaharuddin (juga orang tua)
Jaharuddin (juga orang tua)